
Tau Ga Sih Gunung Ciremai Pernah Tujuh Kali Meletus? Gunung Ciremai dengan puncak tertinggi mencapai 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl) bukan gunung biasa. Gunung yang secara administratif berada di dua wilayah kabupaten, yakni Kab. Kuningan dan Majalengka itu, merupakan kawasan gunung berapi yang memiliki potensi sebagai daerah bahaya gunung api.
Gunung Ciremai merupakan gunung api soliter termasuk klasifikasi magmatik (aktif), dipisahkan oleh zona sesar Cilacap-Kuningan dari kelompok gunung api Jabar bagian timur yaitu Gunung Galunggung, Guntur, Patuha, Papandayan dan Tangkuban Perahu yang terletak pada zona Bandung. Gunung Ciremai mempunyai kawah ganda (barat dan timur), kawah barat beradius 400 meter terpotong kawah timur yang beradius 600 meter dan berkedalaman 250 meter. Pada ketinggian 2900 meter lereng selatan terdapat bekas titik letusan (berdiameter sekitar 30 meter persegi, yaitu Gua Walet).
Ledakan Vulkanik
Berdasarkan data dari BTNGC, sedikitnya telah terjadi tujuh kali letusan dan peningkatan kegiatan vulkanik gunung tersebut. Mengutip Neumann van Padang (1951), K Kusumadinata (1979) dan Sumaryadi (2005), BTNGC mencatat pada tahun 1698 terjadi letusan dan peningkatan kegiatan vulkanik di Gunung Ciremai, kemudian pada 11-12 Agustus tahun 1772 terjadi letusan di kawah pusat, dan pada bulan April tahun 1805 terjadi lagi letusan di kawah pusat meski tidak menimbulkan kerusakan.
Selanjutnya, pada tahun 1917 terjadi letusan dari tebing kawah sebelah selatan keluar asap Fumarola secara kuat. Pada bulan September 1924 terjadi letusan yang menyertakan kepulan asap Fumarola yang bertambah kuat. Terakhir, pada 24 Juni 1937 hingga 7 Januari 1938 terjadi letusan berupa letusan preatik dari kawah pusat dan dalam celah radial.
Disebutkan, sebaran abu letusan menutupi daerah seluas sekitar 53 kilometer persegi. Beruntung, umumnya letusan tersebut hanya menimbulkan kerusakan sekitar daerah puncak. Namun kadang-kadang peningkatan kegiatannya hanya berupa kepulan asap Fumarolanya bertambah kuat atau tebal.
Diperoleh gambaran, arah penyebaran bahan letusan terutama bahaya luncuran awan panas (aliran piroklastik), aliran lahar dan lava dipengaruhi oleh keadaan bentuk alam. Jurusan luncuran awan panas aliran lahar terutama akan mengikuti jurang-jurang dan lembah-lembah sungai yang berhulu di sekitar puncak atau tepi kawah. Bahaya lontaran piroklastik seperti pecahan batuan, bom vulkanik, lapili, pasir dan abu penyebarannya dipengaruhi oleh arah tiupan angin yang berubah-ubah sesuai dengan keadaan musim.
BTNGC memetakan daerah bahaya Gunung (api) Ciremai yang mungkin akan terlanda bahaya langsung (bila meletus) seperti luncuran awan panas, aliran lava, lontaran piroklastik meliputin wilayah sektor barat, barat laut, timur laut dan tenggara. Wilayah ini terancam bahaya luncuran awan panas, aliran lava dan lahar. Sedangkan ke arah utara penyebarannya terhalang pegunungan Pulosari-Kromong dan ke arah selatan terhalang pegunungan Gegerhalang. Selain itu termasuk wilayah dalam radius sekitar 5 kilometer berpusatkan kawah yang dianggap di puncak, terancam bahaya lontaran piroklastik.
Bukan hanya itu saja. Gunung Ciremai juga memiliki potensi bahaya alam yang mengandung bahaya bagi kegiatan manusia. Gunung Ciremai perlu diwaspadai karena mengeluarkan gas beracun.
Kepala Bidang Pengamatan dan Penelitian Gunung Api, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Ir. Moch. Hendrasto, seperti dikutip Pikiran Rakyat (10/7/2007) menyebutkan, tujuh gunung berapi di wilayah Jabar diwaspadai karena mengeluarkan gas beracun. Gas tersebut mulai terkonsentrasi terutama karena dipicu aktivitas gunung dan kondisi cuaca yang mendung sehingga sering menyebabkan turun hujan dan kabut. Ketujuh gunung tersebut adalah Gunung Salak, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Gede dan Gunung Ciremai.
Dijelaskan Hendrasto, gas berbahaya yang dapat menyembur dari kawah gunung berapi, di antaranya CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida), H2S (hidrogen sulfida), H2SO2 (asam sulfat) dan SO2 (gas sulfat/belerang). Gas tersebut tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Namun cukup mematikan dengan waktu sembur yang tidak pasti.
Potensi Alam
Selain menyimpan potensi ancaman dan bahaya, Gunung Ciremai juga menyimpan potensi alam yang indah dan kandungan harta melimpah ruah. Potensi hutan meliputi kayu dan pertanian sangat bisa dimanfaatkan untuk kepentingan negara dan rakyatnya.
Di samping potensi flora, potensi fauna pun tersimpan indah dan khas. Ditemukannya satwa langka di area Gunung Ciremai menjadikannya sebagai daerah yang harus dijaga dan dilindungi. Sejumlah satwa langka yang ditemukan di gunung kebanggan Kuningan dan Majalengka itu berupa macan kumbang, surili dan elang Jawa. Jenis lainnya adalah kera, landak, kijang, babi hutan, bajing, ular sanca, alap-alap dan beberapa burung indah bersuara merdu. Ciremai milik kita. Dan kita pula yang harus menjaganya.