
Sahabat Ngetripdong Tau ga sih, Berada di ketinggian dengan oksigen yang sedikit bisa memicu kondisi hipoksia, yakni ketika tubuh kekurangan pasokan oksigen. Para pendaki gunung harus mengenali Pertandanya, serta cara mengatasi jika mengalami kondisi tersebut.
“Tanda-tanda hipoksia atau kekurangan oksigen antara lain pandangan kabur, pernapasan makin cepat atau tersengal-sengal, serta tubuh menjadi lemas,”
Frekuensi pernapasan yang meningkat terjadi karena tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen. Tidak hanya memaksa paru-paru bekerja lebih keras, kondisi ini juga mempengaruhi jantung yang harus bekerja keras memompa oksigen dalam darah yang hanya sedikit itu untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Selain dari gejala fisik, kondisi hipoksia juga bisa dikenali dari perubahan perilaku. Dalam kondisi hipoksia, otak juga akan kekurangan oksigen sehingga pola pikir seorang pendaki berubah menjadi kacau dan sulit membuat keputusan yang tepat.
“Dalam keadaan hipoksia, yang dominan hanya emosi dan ini sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Makanya para pendaki sering tersesat, salah satunya karena otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk bisa bekerja dengna baik,”
Jika tabung oksigen belum cukup menolong, maka semua pakaian harus dilonggarkan agar pernapasan menjadi lebih lancar. Kerah baju harus dibuka, ikat pinggang dilepas dan juga bra pada perempuan mau tidak mau harus dilepas supaya saluran napasnya tidak sesak.
Namun yang terpenting dari semua itu adalah, sesegera mungkin pendaki yang mengalami hipoksia harus dibawa ke lokasi yang lebih rendah supaya mendapat oksigen lebih banyak dari udara pernapasan. Makin lama berada dalam kondisi hipoksia, makin besar risiko kerusakan organ karena tidak mendapat suplai oksigen.
Daya tahan seseorang saat berada dalam kondisi hipoksia sangat beragam, salah satunya dipengaruhi oleh kadar sel darah merah serta hemoglobin. Orang-orang yang sehari-hari tinggal di gunung secara alamiah lebih tahan terhadap hipoksia karena sel darah merahnya lebih banyak.
sebelum terkena hipoksia akut sebenarnya gejala2nya bisa kita deteksi lebih awal.
yang lebih penting adalah bagaimana kita mencegah terjadinya hipoksia
saat kita mendaki gunung, terjadina reaksi tubuh terhadap pernurunan kadar oksigen adalah hal yang wajar.
Hal tersebut merupakan bentuk adaptasi tubuh terhadap lingkungan
biasanya pada orang yang belum terbiasa berada dalam kondisi yang minim oksigen, misal gunung, atau gua, maka akan sangat terlihat reaksinya
gejala yang biasa muncul adalah:
nafas akan cepat tapi dangkal, pusing, susah tidur, mual, kesadaran menurun, mata berkunang2,pandangan kabur (populernya disebut gejala mountain sickness)
tingkatan selanjutnya terjadi ketika orang tersebut mulai demam, batuk2 (basah), tersenggal-senggal (ini biasanya kalau sudah bermalam, tandanya di paru2 sudah mulai ada air yang masuk paru2)
pada saat terjadinya gejala mountain sickness
yang pertama dilakukan adalah STOP!!
jangan naik lagi.istirahat duludan hangatkan badan
sebaiknya segera bawa turun ke bawah jika keadaan memburuk paling tidak 300-600m (ketinggian bukan jarak)
jangan berikan obat apapun yang fungsinya sebagai penenang karena justru akan mengganggu proses bernafas.
buat yang ahli hisab (perokok) selama masih terdapat gejalanya JANGAN MEROKOK!!
Membawa oksigen portable sangat membantu.
mendakilah secara bertahap jangan terburu2 jika belum terbiasa
climb high, sleep low, mendakilah setinggi mungkin saat siang, dan tidurlah di tempat yang lebih rendah dari posisi terakhir saat malam. ini akan membantu proses aklimatisasi (adaptasi tubuh terhadap iklim)
semoga bermanfaat Sahabaat Ngetripdong